Rabu, 25 November 2009

TANGGAPAN TERHADAP TULISAN DI gandhim.multiplay.com

Banyak versi tentang Sumerham/Rambe tetapi seiauh banyaknya versi tidak disertai dengan bukti dan alasan yang valid. manru: mengatakan Purba Manalu Debataraja waktu bersama dengan Tuan Sumerham ada di Dolok Sanggul. Eksistensi anda dilingkungan marga Toga Simamora dan Sihombing menjadi tidak jelas. Baik Sihombing maupun Simamora berada di Tipang Bakkara. Maka kalau manru dari salah satu kedua kelompok marga tadi, apapun pendapat anda, tidak dapat dipertanggung jawabkan, karena asal dari Toga Simamora dan Toga Sihombing saja anda tidak tau.
bidicoff nainggolan, Lak Lak itu tidak di Belanda dan tidak pula terbuang sia-sia di aek Sirahar. Tiga pusakko Toga Simamora, ketiganya ada pada Rambe dan sampai sekarang masih di simpan baik. Selain Rambe, tidak ada yang memegang posakko Toaga Saimamora kecuali menenpati kampung Tipang Bakkara.
ADIWARTA: Dulu lagu Batak yang berjudul "Lottung Sisia Sada Ina" Karangan Nahum Situmorang sebagai marga Lottung diakatakan "pasia Boruna Sihombing Simamora" ternyata belakangan ini menjadi"Simamora Sihombing" Secara adat, Tidaklah begitu berani Lottung mengatakan demikian kalau istri Toga Sihombing dan Toga Simamora berbeda. Sama dengan anak dari Tuan Sumerham yang beristerikan ketiganya borunya Raja Tungtung Pardosi, lalu Pardosi mengurutkan anak dari Tuan Sumerham menurut ketertuaan borunya? Demikian pula Lottung, tidak akan berani mengatakan untuk konsumsi umum sesuai dengan ketertuaan borunya. Informasi dari berbagai orang, bahwa Siboru Anak Pandan waktu menjadi Istri Toga Sihombing, itu juga Siboru Panggabean setelah menjadi Istri Toga Simamora. untuk jelasnya kita coba mencari informasi darimanapun tentang Marga Lottung ada tujuh marga dan berapa ibotonya ke tujuh marga tersebut. Rambe tidak pernah memaksakan diri harus menjadi siabangan pada Purba Manalu dan Debataraja. Tetapi kepastian Rambe, memegang Pusakkonya Toga Simamora yaitu Lak Lak (Tombaga Holing), Tombak dan Pedang. Sejarah Toga Simamora yang ditulis Rambe, diterjemahkan dari buku Lak Lak yang pada tahun 1972, masih ada di antara orang tua yang mampu membaca tulisan Batak kuno. Maka dengan pusakko Toga Simamora yang ada pada Rambe, sebetulnya eksistensinya Rambe tidak dapat disangkal oleh siapapun. Penulis sebetulnya masih ingin menulis pernyataan-pernyataan natua-tua dari marga Siregar dan Pardosi, tetapi pepatah orang tua mengatakan, "Tokka patuduhononkon tupik tu panopa",--"Ndang sipailaon dongan di tonga ni mangajana" Nomor sundut di Rambe diambil dengan nomor satu dari Tuan Sumerham, Rambe Purba, Rambe Raja Nalu dan Rambe Anak Raja adalah sundut ke dua atau nomor dua. demikian tanggapan saya "gnr14 rambe"

3 komentar:

  1. Dongan tubu Purba Manalu Debataraja yang bermukim di Dolok Sanggul dan sekitarnya, sepertinya mereka teriak untuk membenarkan dirinya. Padahal kalau sejarah ini makin jelas, mereka harusnya malu terhadap Marga Rambe. Beberapa dongan tubu yang tinggal di Tano Tipang Bakkara, tanpa perlu martarombo mereka langsung panggil Bapa Tua kenapa???? dan ada apa dengan Purba Manalu Debataraja diperantauan??????????????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pernyatan Gila itu. Pernah nggak ke Tipang? Yang jelas Keturunan Toga Simamora yang ada di Tipang tidak pernah mendengar adanya saudaranya yang pernah merantau dari Tipang. Saya sendiri baru setelah merantau mendengar bahwa ada Sumerham yang menjadi saudara dari Purba, Manalu dan Debataraja. Saya berasal dari Tipang dan sering bertanya mengenai hal tersebut. Ketika pertama kali saya liburan ke Tipang, mereka malah bingung mengenai hal tersebut. Kemudian setelah lama berselang, ada yang mengatakan bahwa ada keturunan Sumerham yang datang ke Tipang dan mereka mengaku sebagai adik. Jadi jangan asal ngomong aja dek.

      Hapus
  2. Saya sangat berterima kasih atas upayanya membuat tulisan ini. Terus terang saya katakan terlalu banyak benang kusus dalam sejarah Sumerham dengan Purba, Manalu dan Debataraja. Banyak versi yang diutarakan oleh keturnan Sumerham, yang terus terang saya katakan tidak sesuai dengan kondisi yang ada di Tipang. Bilamana ditanya kepada keturunan toga Simamaora yang ada di Tipang, praktis mereka akan kebingunan mengenai Sumerham. Tidak pernah ada cerita mengenai Sumerham si Tipang. Hal yang tidak lumrah menurut kebiasaan orang Batak kalau sampai melupakan saudaranya.
    Terkait dengan Lak-lak Holing yang anda katakan sebagai pusaka Toga Simamora, saya agak penasaran. Saya belum pernah mendengarnya. Apa isinya mengenai peraturan untuk Toga Simamora ataukah secara umum. Kalau sepengetahuan saya Tumbaga/laklak holig dan Pustaka Agung hanya satu, yaitu yang diberikan oleh Siraja Batak kepada keturunannya. DAn yang memegang Tumbaga.laklak holing adalah pengurus pemerintahan, karena buku tersebut berisikan ruhut-ruhut atau peraturan mengenai kemasyarakat. Sedangkan Tumbaga Agung, dipegang oleh dukun atau yang berkaitan dengan kerohanian, karena buku tersebut memuat hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan. Pertanyaannya. kenapa kok ada dan menjadi Pusaka Toga Simamora?
    Kalau buku itu memang ada, kenapa tidak diterjemahkan, karena akan banyak memberikan informasi.
    Hanya saja, saya agak ragu, apakah itu memang Lak-lak Holing atau tidak. Karena Buku.lal-lak ada banyak, bukan hanya lak-lak holing. Terkait dengan tanggapan atas sejarah Sumerham menurut versi keturunan Sumerham, dalam artikel yang lain saya sudah berikan sekilas informasi. Banyak cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di Tipang. Kalau seandainya saya tanya dimana sebenarnya domisili Toga Simamora. apakah di Tipang yang sekarang atau ada tempat lainnya mungkin anda akan kebingungan, atau kalau saya tanya kenapa Tipang menjadi warisan Toga Simamora dan Sihombing, mungkin versi anda akan berbeda dengan yang sesungguhnya. Tolong jelaskan dulu menurut versi anda, agar saya tau sampai sejauh mana anda mengetahui Toga Simamora.

    BalasHapus